MEUREUDU - Kondisi jalan yang menghubungkan Ulee Gle-Jangka Buya, Pidie Jaya, saat ini berdebu. Hingga kini, proyek jalan itu hanya dikerjakan sebatas pengerasan dengan kerikil. Akibatnya, jalan tersebut saban hari dipenuhi debu yang sangat mengganggu warga berlalu lalang. Para tokoh masyarakat Desa Buket Tungoh Kecamatan Jangka Buya Pidie Jaya meminta rekanan yang mengerjakan proyek jalan Ulee Gle-Jangka Buya agar mengasihani warga setempat. Pasalnya, warga setempat sejak Desember 2008 lalu saban hari terpaksa menghirup debu yang beterbangan akibat proyek tersebut tak kunjung diselesaikan oleh rekanan.
Karena tidak mengetahui siapa yang mengerjakan proyek tersebut, warga melampiaskan kekecewaannya dengan cara menanam batang pisang di tengah badan jalan. Di dua batang pisang itu dituliskan, “Mohon Perhatian Pemda, Rakyat Menderita” dan “Pue han ek le” (apa tidak sanggup lagi, red). Para tokoh masyarakat setempat seperti Tgk Fadli Umar, Husaini, Bustami yang ditemui Serambi di desa itu mengatakan, proyek tersebut mulai dikerjakan sekitar Desember 2008. Namun, hingga kini, proyek jalan itu hanya dikerjakan sebatas pengerasan dengan kerikil. Akibatnya, jalan tersebut saban hari dipenuhi debu yang sangat mengganggu warga untuk berlalu lalang.
“Kami tidak tahu siapa yang mengerjakannnya. Pamflet proyeknya juga tidak ada. Makanya kami minta perhatian pemkab agar peduli terhadap kami. Karena debunya sangat banyak, kadang-kadang kami terpaksa menyiram sendiri jalan,” ujar tokoh masyarakat itu. Dikatakan warga, akibat jalan dibiarkan berdebu tersebut, sebulan silam telah terjadi musibah lakalantas yang menewaskan seorang warga. Warga mengkait-kaitkan dengan jalan berdebu sehingga sulit dilintasi masyarakat.
Anggota DPRK Pidie Jaya, H Syahrun Nurfa yang ditanyai persoalan itu membenarkan banyaknya keluhan masyarakat terkait jalan yang belum selesai dikerjakan itu. Karenanya, dia meminta pihak rekanan agar segera menyelesaikan proyek tersebut. “Jalan itu sebenarnya hotmix proyek Otsus APBA 2008. Memang sudah banyak masyarakat yang mengeluh, kita tidak tahu kendalanya dimana. Kenyataannya begitulah,” kata politisi PDK itu.
Karena tidak mengetahui siapa yang mengerjakan proyek tersebut, warga melampiaskan kekecewaannya dengan cara menanam batang pisang di tengah badan jalan. Di dua batang pisang itu dituliskan, “Mohon Perhatian Pemda, Rakyat Menderita” dan “Pue han ek le” (apa tidak sanggup lagi, red). Para tokoh masyarakat setempat seperti Tgk Fadli Umar, Husaini, Bustami yang ditemui Serambi di desa itu mengatakan, proyek tersebut mulai dikerjakan sekitar Desember 2008. Namun, hingga kini, proyek jalan itu hanya dikerjakan sebatas pengerasan dengan kerikil. Akibatnya, jalan tersebut saban hari dipenuhi debu yang sangat mengganggu warga untuk berlalu lalang.
“Kami tidak tahu siapa yang mengerjakannnya. Pamflet proyeknya juga tidak ada. Makanya kami minta perhatian pemkab agar peduli terhadap kami. Karena debunya sangat banyak, kadang-kadang kami terpaksa menyiram sendiri jalan,” ujar tokoh masyarakat itu. Dikatakan warga, akibat jalan dibiarkan berdebu tersebut, sebulan silam telah terjadi musibah lakalantas yang menewaskan seorang warga. Warga mengkait-kaitkan dengan jalan berdebu sehingga sulit dilintasi masyarakat.
Anggota DPRK Pidie Jaya, H Syahrun Nurfa yang ditanyai persoalan itu membenarkan banyaknya keluhan masyarakat terkait jalan yang belum selesai dikerjakan itu. Karenanya, dia meminta pihak rekanan agar segera menyelesaikan proyek tersebut. “Jalan itu sebenarnya hotmix proyek Otsus APBA 2008. Memang sudah banyak masyarakat yang mengeluh, kita tidak tahu kendalanya dimana. Kenyataannya begitulah,” kata politisi PDK itu.
Terakhir diubah oleh Alauddinsyah tanggal Tue 26 May 2009 - 14:50, total 1 kali diubah