TEHERAN,KOMPAS.com-Pemerintah Iran meminta Presiden AS Barack Obama tidak campur tangan dalam urusan internal Iran terkait keputusan pengadilan Iran menjatuhkan pidana penjara selama delapan tahun kepada wartawan AS, Roxana Saberi, apalagi jika belum mempelajari kasusnya lebih mendalam.
Saberi (31) yang memiliki dua kewarganegaraan, Iran dan AS, dinyatakan bersalah telah menjadi mata-mata AS. Menanggapi keputusan Iran, Obama menyatakan prihatin dan khawatir terhadap keselamatan dan jaminan hak membela diri Saberi. Obama juga yakin Saberi tidak bersalah.
Pernyataan itu kemudian memicu komentar keras dari Iran. Juru bicara Departemen Luar Negeri Iran, Hasan Qashqavi, Senin (20/4), meminta jangan ada pernyataan apa pun tentang kasus itu jika tidak memahami konteks secara keseluruhan. ”Secara etika, seharusnya setiap orang menghargai keputusan pengadilan negara lain. Saya yakin banyak pejabat AS yang pernah belajar hukum,” kata Qashqavi menyindir Obama yang mempelajari ilmu hukum di Universitas Harvard dan mengajar ilmu hukum konstitusional di Universitas Chicago sebelum jadi presiden.
Qashqavi menyebutkan, Saberi didakwa mengumpulkan berita dan informasi dengan cara yang ilegal. Selama proses pengadilan, kata Qashqavi, Saberi akan diperlakukan seperti halnya warga negara Iran lain. Sistem hukum Iran disebutkan tidak mengenal status warga negara ganda.
Penyelidikan
Kantor berita Iran, IRNA, melaporkan, Departemen Kehakiman Iran memerintahkan ada proses penyelidikan kasus Saberi seiring dengan proses banding dari pihak Saberi. Dalam surat pejabat paling senior di Departemen Kehakiman, yakni Ayatollah Mahmoud Hashemi Shahroudi, itu juga ditekankan pentingnya pertimbangan keadilan pada kasus Saberi”, terutama ketika sampai pada tahap banding. Dimensi yang berbeda dalam melihat kasus ini, termasuk elemen materi dan moral tindak kejahatan, juga harus menjadi bahan pertimbangan.